Kampung Adat Cikondang terletak di Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Sebelum sampai di Kampung Adat Cikondang, wisatawan harus memasuki gang sempit dan beberapa rumah warga untuk sampai di sana.

Jika Anda memulai perjalanan dari Bandung kira-kira harus menempuh jarak 40 km ke selatan atau menuju Soreang, Cangkuang dan Cimaung. Kalau lancar butuh waktu sekitar 1,5 jam.

Kampung Adat Cikondang berada di kaki Gunung Tilu Pangalengan. Berada dekat pemukiman pedesaan di Desa Lamajang. Tetapi seakan memiliki area tersendiri. Kampung ini melekat dengan sebuah hutan kecil bernama Leuweung Larangan.

Cikondang adalah nama yang memiliki sejarah. Dulu di kampung ini terdapat mata air yang terdapat didekat sebuah pohon bernama Kondang. Ci dalam bahasa Sunda berarti “cai” alias “air”. Jadilah Cikondang.
Di setiap jalan juga ada petunjuk dengan tulisan rumah adat dalam bahasa Indonesia dan aksara Sunda. Di kampung itu terdapat pula rumah warga. Pada abad ke-17, terdapat 61 rumah adat yang didirikan, namun saat ini hanya tersisa satu rumah adat saja.

Konstruksi rumah menggunakan bahan alam seperti bambu, kayu, dan sirap. Pakunyapun terbuat dari bambu sehingga nyaris taka da unsur besi dalam bangunan rumah.

Rumah ini menceritakan bagaimana gambaran rumah di kampung Cikondang tempo dulu. Tiap rumah terdiri dari dua kamar tanpa pintu yang biasanya ditutup dengan kain. Kamar pertama adalah tempat tidur sedangkan kamar kedua sebagai tempat penyimpanan beras.

Kemudian ada ruang tengah yang menyatu dengan dapur. Bale-bale untuk menyimpan bahan makanan. Kamar mandi terletak ri luar alias terpisah dari rumah utama.
Sebagian besar rumah adat tersebut musnah karena pada tahun 1942-an terbakar dan hanya menyisakan satu rumah yang kini masih tetap dilestarikan.
Kampung Adat Cikondang ini merupakan permukiman dengan arsitektur rumah tradisional yang berdiri di atas tanah seluas 3 hektar.

Suasana khas masyarakat Sunda tradisional sangat terasa di kampung ini. Di tengah cuaca dingin, Anda bisa merasakan bagaimana tradisi baik yang terlihat maupun menjadi budaya luhur terjaga di sini.

Misalnya saja Wuku Taun yang merupakan tradisi yang digelar setiap 15 Muharam. Para ibu menumbuk padi sejak 1 Muharam yang akan digunakan pada Wuku Taun. Pada peringatan hari-hari penting itu biasanya disajikan nasi tumpeng dan rujak curo alias rujak simadu yang berisi gula merah, pisang emas, nanas, dan kelapa.

Paling tidak terdapat tiga jenis tumpeng dengan “teman” ayam berbeda warna yang memiliki makna berbeda-beda. Tumpeng ketan dan ayam putih yang bermakna membersihkan hati. Tumpeng beras putih dan ayam hitam berarti kemandirian dan inisiatif saat bekerja. Dan tumpeng beras merah dan ayam hawuk yang maksudnya tidak boleh rakus dan srakah dalam segala hal.

Sedangkan cemilan yang biasa disiapkan kepada tamu di antaranya; opak,  raginang, kolontong, teng-teng, ampeang, borondong, wajit, bunter, angleng hingga dodol.

Pada dasarnya ada empat hal yang dapat Anda pelajari di perkampungan adat Cikondang, Pangalengan. Apa saja?

  1. Rumah Adat Sunda: Rumah-rumah tradisional Sunda dengan arsitektur khas, seperti atap berbentuk limasan, dinding anyaman bambu, dan konstruksi dari bambu serta kayu, menjadi ciri khas yang sangat mencolok di kampung ini.
  2. Kegiatan Budaya: Upacara adat, seni pertunjukan, tarian, musik gamelan, dan pertunjukan wayang golek sering diadakan di kampung ini. Masyarakatnya sangat aktif dalam memelihara kegiatan budaya tradisional Sunda.
  3. Konservasi Budaya: Semangat dan komitmen untuk melestarikan budaya Sunda dalam kehidupan sehari-hari menjadi ciri khas yang kuat di Kampung Adat Cikondang. Masyarakatnya berupaya keras untuk mempertahankan tradisi dan adat istiadat leluhur.
  4. Keindahan Alam: Lokasinya yang dikelilingi perkebunan teh yang hijau dan udara pegunungan yang sejuk juga menjadi daya tarik tersendiri. Keindahan alam yang menakjubkan ini memberikan suasana yang khas dan menambah pesona kampung adat ini.

Mengunjungi Kampung Adat Cikondang sebaiknya pada hari Minggu, Senin, Rabu, dan Kamis. Ini sudah menjadi tradisi pantangan tamu datang pada Selasa, Jumat dan Sabtu. 

Seusai menikmati belajar budaya dan sejarah di Kampung Adat Cikondang, menarik jika Anda lewatkan dengan camping di dekatnya, klik;

Atau juga bisa glamping di beberapa pilihan berikut yang bertarif per malam Rp 600 ribuan; klik;