Kisah rawon tidak bisa dilepaskan dari kekuasaan Kerajaan Majapahit yang berpusat di sekitar Mojokerto pada abad 15 hingga 16. Karenanya tidak heran jika rawon adalah kuliner ikonik di wilayah Surabaya, Malang, Kediri dan sekitarnya.

Arti nama “Rawon” berasal dari bahasa Jawa. Secara harfiah, “Rawon” dapat diartikan sebagai “rare” yang berarti “daging” dan “wan” yang berarti “matang” atau “masak”. Jadi, secara keseluruhan, arti nama “Rawon” adalah “daging yang dimasak” atau “daging yang telah matang”.

Dapat diasumsikan bahwa bahan-bahan utama yang digunakan dalam rawon, seperti daging sapi dan rempah-rempah, sudah ada dan digunakan pada masa itu. Majapahit sebagai kerajaan yang kaya dan berpengaruh, memiliki hubungan perdagangan yang luas dengan negara-negara Asia Tenggara dan Timur Jauh. Melalui jalur perdagangan, rempah-rempah dari wilayah seperti India, Tiongkok, dan Arab dapat diperoleh, dan kemungkinan digunakan dalam masakan sehari-hari.

Kluwek atau keluak, bumbu khas yang memberikan warna hitam pada rawon, juga dikenal sejak lama dan kemungkinan telah digunakan dalam masakan tradisional Jawa pada zaman Majapahit. Meskipun tidak ada bukti konkret, penggunaan kluwek sebagai bumbu dalam hidangan mungkin telah ada sejak itu.

Seiring perkembangan kuliner, rawon kemudian disajikan dengan tambahan nasi putih, tauge, irisan daun bawang, irisan mentimun, telur asin, dan sambal.

Di Malang rawon menjadi saksi kepemilikan dari generasi ke generasi. Cita rasa khas di masing-masing rumah makan menggugah semangat kuliner para pecintanya untuk kembali dan kembali lagi. Rawon melahirkan fanatisme kuliner sejati.

Jika Anda glamping di lokasi ini:

Jangan lupa untuk mencicipi rawon. Paling tidak di satu dari lima rawon Malang legendaris berikut;

RAWON NGULING

Aslinya merupakan rawon yang berada di daerah Nguling, Pasuruan. Di Malang seperti menjadi cabangnya. Taste-nya masih sama. Lauknya bisa tempe goreng yang dipotong dadu besar-besar, perkedel, jeroan, hingga telur asin.

Lokasi: Jl. Zainul Arifin No.62, RT.01/RW.01, Kiduldalem, Kec. Klojen, Kota Malang

RAWON RAMPAL

Rawon ini sudah ada sejak 1957. Dalam sepiring menu rawon standar terdiri dari nasi, rawon dengan beberapa irisan daging, serta toge kecil. Kuahnya membanjir di piring menyatu dengan nasi hangat. Cara memasaknya saja masih menggunakan arang.

Lokasi: Jl. Panglima Sudirman No.71A, Klojen, Kec. Blimbing, Kota Malang

RAWON BRINTIK

Ini lebih tua lagi. Ada sejak zaman penjajahan Jepang yakni pada 1942. Cara memasak dagingnya direbus sehari sebelumnya dan dibiarkan semalaman. Kuahnya sedikit lebih bening dari rawon umumnya. Salah satu teman lauknya adalah mendol, yaitu potongan mirip tempe yang dibumbui dan dibentuk bulat atau oval.

Lokasi: Jl. KH Ahmad Dahlan No.39, Sukoharjo, Kec. Klojen, Kota Malang