Menikmati Lembah Harau dalam suasana petualangan keluarga bisa dilakukan dengan cara kemah bersama alias camping. Bertualang ala penikmat alam terbuka, tidur di tenda kubah, sembari jalan-jalan mengitari kawasan. Lokasi yang paling kerap dijadikan lokasi camping adalah di Sarasah Pincuran Tigo. Atau memilih area glamping untuk yang ingin fasilitas lebih.

Atraksi alam membentang mulai camping ground yang luas, dinding tebing yang kadang-kadang ditutupi kabut, hingga air terjun. Camping memberikan kebebasan wisatawan menentukan sendiri aktivitasnya. Walaupun tersedia pula paket wisata camping yang lengkap beserta tenda, ala-ala glamping.

Lembah Harau adalah salah satu destinasi alam yang mengetengahkan geotourism. Pasalnya, di Sarasah Pincuran Tigo, banyak hal tentang geologi yang dapat dipelajari. Di sini anak-anak bakal menyaksikan dengan mata kepala sendiri hal-hal yang selama ini hanya bisa mereka lihat lewat buku atau internet.

Menikmati alam terbuka di sini bisa dilakukan akhir pekan. Tetapi jika ingin bisa optimal menjelajahi beberapa spot petualangan dan tantangan alam lainnya, setidaknya butuh waktu tiga hari dua malam. 

Lembah Harau sebuah lembah granit berumur 30-40 juta tahun. Jejak pijakan kaki manusia yang ingin melihat keindahan ngarai Lembah Harau tercatat hampir 100 tahun lalu. Pemerintah kolonial Belanda membuat monumen di sekitar ngarai pada tahun 1926. Prasasti ini menjadi penanda kekaguman manusia pada keindahan air terjun Sarasah Bunta.

 Lembah atau ada yang menyebut ngarai Harau adalah jurang raksasa yang memiliki luas sekitar 669 hektare. Kini seluruh wilayah itu merupakan kawasan wisata dan cagar alam. Pemandangan utama di Lembah Harau adalah tebing-tebing yang menjulang tinggi. Tersebar di beberapa titik dengan ketinggian antara 80 meter hingga 300 meter mengitari sebuah lembah yang menghijau.

Sejumlah air terjun dan tiga buah sungai menggenapi keindahan Lembah Harau yang terdiri atas tiga kawasan ini. Tiga kawasan itu adalah Resort Aka Barayun, Resort Sarasah Bunta, dan Resort Rimbo Piobang. Sarasah Bunta paling terkenal karena memiliki air terjun Sarasah Aie Luluih, Sarasah Bunta, Sarasah Murai, dan Sarasah Aie Angek.

Nama Harau konon berasal dari kata ‘parau’, istilah lokal yang artinya bersuara serak. Penduduk di wilayah ini sering menghadapi banjir dan longsor yang menimbulkan kepanikan. Mereka berteriak histeris hingga suara parau. Ketika orang luar bertemu dengan mereka yang bersuara parau, maka mereka pun dinamai orang parau. Daerah mereka dinamakan ‘orau’ dan kemudian berubah nama menjadi ‘arau’ hingga akhirnya penyebutan lebih sering menjadi ‘harau’.(*)