Merapi seperti menyimpan dua sisi. Sisi mengerikan akibat letusannya yang secara rutin paling rajin dari begitu banyak gunung berapi di dunia. Jika mula batuk, lalu keluar wedus gimbal, Merapi seperti tak mau berkawan. Sekaligus sisi menggiurkan ketika ia terdiam dan kokoh menopang bumi. Karenanya, tak hanya penambang pasir dan petani dapat berkah. Industri wisata pun bergerak hidup.

Usai erupsi dahsyat pada 2010, peninggalan dari sisi-sisi menggerikan itu diubah menjadi sisi-sisi menggiurkan. Salah satunya tentang bertualang menelusuri jejak erupsi menggunakan jip-jip offroad.

Yang turun tidak hanya jip yang diproduksi pada tahun 80-an, namun juga jip “alumni” Perang Dunia II. Jip mengarungi sungai Opak menuju desa Petung, lalu lanjut lagi ke destinasi Museum Sisa Harta yang merupakan salah satu ikon otentik akibat erupsi Merapi.

Dari situ perjalanan ke desa Kaliadem, terus ke Batu Alien. Sampai kemudian memasuki Kinah Rejo, sebuah desa yang menorehkan perjalanan hidup legenda gunung Merapi, Mbah Marijan.

Pengelola offroad via jip menawarkan beberapa jenis paket. Mulai yang trayek pendek dengan durasi 1-2 jam. Trayek menengah dan panjang. Harga termurah per jip sekitar Rp 350 ribuan. Satu jip dapat diisi oleh tiga hingga empat penumpang.

Paket terjauh atau terpanjang memakan waktu 3-4 jam. Biasanya setelah menikmati petilasan Mbah Marijan, jalur offroad menuju ke sungai Kuning.

Kali Opak, kali Progo maupun kali Kuning berhulu di Merapi (tepatnya di mata air Umbul Waton), mengalir ke selatan melewati daratan dan bermuara di Samudera Hindia. Menjajal wisata offroad Merapi tak makan waktu satu hari penuh. Cukup setengah hari, untuk kemudian Anda bisa melanjutkan ke destinasi atau atraksi lain.

Kisah Mbah Marijan adalah khasanah lain yang dijamin membuat Anda merinding. Bekas dan jejaknya sebagai juru kunci Merapi masih terasa, kendati ia pun tewas ditelan amuk Merapi.

Pengalaman tak terlupakan jelas Anda dapatkan, sembari berbasah-basah terkena cipratan air sungai. (*)