Nasi liwet adalah khas Indonesia. Ada dua versi nasi liwet yakni nasi liwet Sunda dan nasi liwet Solo. Kedua versi memiliki proses memasak nasi yang berbeda dari nasi biasa. Selain itu lauk yang menamaninya pun berbeda. Versi Sunda lebih beragam meski umumnya merupakan lauk bagi teman nasi biasa.

Istilah liwet, dalam berbagai informasi sebenarnya berasal dari kosa kata bahasa Sunda. Beberapa kemungkinan arti dari kata “liwet” antara lain; beras ketan yang lengket. Salah satu spekulasi adalah bahwa kata “liwet” berasal dari bahasa Sunda “liwetan” yang berarti beras ketan yang lengket. Hal ini mengacu pada jenis nasi yang digunakan dalam hidangan nasi liwet yang memiliki tekstur lengket dan kenyal.

Namun ada juga yang menyatakan berasal dari proses memasak. Ada juga spekulasi bahwa “liwet” mengacu pada proses memasak nasi liwet itu sendiri. Proses memasak nasi liwet yang panjang dan menggunakan panci tanah liat bisa diartikan sebagai “liwet”.

Atau ada pula yang menyebut berawal dari asal bunyi. Beberapa orang berpendapat bahwa kata “liwet” mungkin berasal dari bunyi memasak nasi tersebut. Ketika nasi dimasak dalam panci tanah liat, ada bunyi desis yang dihasilkan oleh uap yang keluar dari panci. Bunyi ini kemudian dianggap mirip dengan bunyi “liwet”.

Meskipun ada berbagai spekulasi tentang arti kata “liwet”, tidak ada penjelasan pasti yang diterima secara luas. Kata tersebut telah lama digunakan untuk menyebutkan hidangan nasi liwet di daerah Jawa Barat, dan seiring waktu, istilah ini telah melekat pada hidangan tersebut tanpa penjelasan yang jelas mengenai artinya.

Nasi liwet dimasak menggunakan metode tradisional dengan menggunakan panci tanah liat khusus yang disebut “kamado” atau “glokan”. Panci ini memiliki bentuk bulat dengan tutup yang pas. Kamado biasanya menggunakan kayu bakar sebagai sumber panasnya.

Proses memasak nasi liwet dimulai dengan mencuci beras ketan atau beras pulen, lalu merendamnya dalam air selama beberapa waktu. Setelah itu, beras diangkat dan diletakkan di dalam panci kamado yang sudah dipanaskan. Air yang sudah dipersiapkan sebelumnya dituangkan ke dalam panci sampai air mencapai tinggi yang tepat di atas beras. Panci kemudian ditutup dan nasi dimasak dengan api kecil selama beberapa jam.

Setelah matang, nasi liwet disajikan dalam panci tanah liat atau bisa juga dipindahkan ke wadah lain. Nasi liwet biasanya disajikan dengan berbagai macam lauk-pauk seperti ayam goreng, tahu, tempe, telur, sayuran, dan sambal.

Nasi liwet beserta lauknya dibawa petani untuk makan siang. Jika sudah terasa dingin, nasi lalu dihangatkan menggunakan perapian. Makanya nasi liwet selalu berada di dalam panci.

Di berbagai lokasi glamping, nasi liwet menjadi pilihan kuliner. Bahkan ada pula yang disajikan dengan daun pisang sebagai alas. Lalu makan bersama-sama menggunakan tangan. Seru, egaliter, glamping lebih mengesankan.(*)

CARI LOKASI GLAMPING YANG MENYEDIAKAN NASI LIWET SUNDA