Pangalengan adalah sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Bandung Jawa Barat, Indonesia. Meskipun relatif kecil, kawasan ini memiliki kekayaan sejarah yang terkait erat dengan perkembangan sejarah wilayah Bandung yang lebih luas.

Asal-usul Pangalengan dapat ditelusuri kembali ke era pra-kolonial Kerajaan Sunda, yang merupakan kekuatan dominan di wilayah tersebut. Orang Sunda yang merupakan penduduk asli Jawa Barat telah mendirikan beberapa kerajaan kecil dan pemukiman di daerah tersebut. Kerajaan-kerajaan ini terlibat dalam perdagangan, pertanian, dan pemerintahan lokal.

Selama masa penjajahan Belanda pada abad ke-18 dan ke-19, Pangalengan, seperti banyak daerah lain di Jawa Barat, berada di bawah kendali Belanda. Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) hadir di wilayah tersebut dan secara bertahap memperluas pengaruhnya. Mereka memperkenalkan tanaman komersial seperti teh, kopi, dan kina, mengubah ekonomi lokal dan lanskap.

Transformasi Pangalengan menjadi daerah penghasil teh utama dimulai pada akhir abad ke-19. Belanda mendirikan perkebunan dan pabrik teh di daerah tersebut, memanfaatkan tanah subur di kawasan itu dan iklim yang mendukung untuk penanaman teh. Industri teh berkembang pesat, dan secara ekonomi sangat menguntungkan.

Pangalengan menjadi terkenal karena produksi tehnya yang berkualitas tinggi, memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian kolonial.

Selama perjuangan kemerdekaan Indonesia pada pertengahan abad ke-20, Pangalengan, seperti daerah lainnya, mengalami pergolakan politik. Indonesia merdeka dari Belanda pada tahun 1945, dan pemerintah baru memulai program reformasi tanah, yang bertujuan untuk mendistribusikan kembali tanah kepada petani kecil dan mempromosikan pembangunan pertanian.

Pada tahun-tahun berikutnya, industri teh Pangalengan mengalami perubahan seiring dengan pembagian lahan kepada petani lokal. Saat ini, Pangalengan tidak hanya dikenal dengan perkebunan tehnya yang besar tetapi juga produsen teh skala kecil yang menanam dan mengolah teh dalam skala artisanal yang lebih kecil.

Kedekatan Pangalengan dengan kota Bandung, yang merupakan pusat ekonomi dan budaya utama di Jawa Barat, telah berkontribusi pada pertumbuhan dan perkembangannya.

Kota kecamatan ini mengalami urbanisasi dan modernisasi, dengan tetap mempertahankan karakter agraris dan keindahan alam lanskap sekitarnya. Dalam beberapa tahun terakhir, Pangalengan juga menjadi tujuan wisata populer karena keindahan pemandangannya, perkebunan teh, dan kegiatan agrowisata. Pengunjung dapat menjelajahi perkebunan teh, mempelajari proses produksi teh, dan menikmati suasana pedesaan yang tenang.

Teh yang dihasilkan di Pangalengan dikenal memiliki cita rasa yang kaya dan aroma yang harum. Teh dari Pangalengan sering kali memiliki karakteristik yang halus dan lembut dengan sentuhan manis dan sedikit bunga. Rasa yang seimbang dan aroma yang menyegarkan membuat teh dari Pangalengan diminati baik di pasar domestik maupun internasional.

Pangalengan menghasilkan berbagai jenis teh, termasuk teh hitam, teh hijau, dan teh oolong. Teh hitam adalah yang paling umum diproduksi di daerah ini. Teh hitam Pangalengan memiliki daun yang besar, warna yang gelap, dan rasa yang kuat. Teh hijau Pangalengan juga populer, dengan daun yang lebih kecil dan menghasilkan minuman yang segar dengan sedikit rasa pahit. Teh oolong Pangalengan, meskipun produksinya lebih terbatas, memiliki rasa yang unik dan istimewa.

Proses pengolahan teh di Pangalengan juga mendapatkan perhatian yang serius. Pemetikan daun teh dilakukan dengan hati-hati, terutama untuk memastikan hanya daun muda yang dipetik, karena daun muda memiliki kualitas yang lebih baik. Daun teh kemudian diolah dengan metode yang menggabungkan tradisi dan teknologi modern untuk menjaga kualitas dan karakteristik teh yang dihasilkan.

Dalam hal kualitas teh, Pangalengan dapat bersaing dengan daerah-daerah penghasil teh terkemuka lainnya di Indonesia, seperti daerah Puncak di Jawa Barat atau daerah Lawang di Jawa Timur. Namun, setiap penghasil teh mungkin memiliki nuansa rasa yang sedikit berbeda, tergantung pada faktor-faktor seperti varietas tanaman teh, metode pengolahan, dan kondisi pertumbuhan yang unik di setiap kebun teh.

Pangalengan belakangan juga dikenal sebagai “lumbung” glamping. Banyak yang memanfaatkan area perkebunan teh dan bantaran sungai sebagai lokasi glamping. (*)

BERIKUT SALAH SATU LOKASI GLAMPING DI PANGALENGAN BANDUNG: