Pisang panggang Bukit Tinggi adalah kuliner tradisional yang unik. Ini karena berbeda dengan kebanyakan olahan pisang panggang atau dalam versi Makassar berupa pisang epe yang memakai gula kelapa cair. Atau juga pisang hijau khas Makassar.

Pisang Panggang Bukit Tinggi mengandung tiga unsur. Antara lain pisang, kuah santan dan cracker atau orang menyebutnya kabin. Tiga elemen atau tiga unsur digabung menjadi satu menghasilkan sajian unik. Yakni perpaduan antara kelembutan pisang yang empuk, gurih dan manisnya santan, serta kriuknya kue crackers.

Secara adiboga sebenarnya pisang panggang Bukit Tinggi adalah olahan sederhana. Setiap orang rasanya bisa membuatnya. Hanya saja memang citarasanya bisa berbeda-beda tergantung kepada pembuatnya.

Pada bagian kuah, bahannya tergolong simple. Antara lain santan cair segar, bubuk vanilla, air, gula dan garam. Kuah menjadi bagian penting karena sangat mendukung rasa pisang yang telah dibakar. Seluruh bahan tadi disatukan lalu dimasak sampai mendidih.

Percobaan rasa sangat penting di tahap ini agar menciptakan rasa yang tepat, yakni paduan manis dan gurih. Tentu saja ada sedikit rasa vanilla yang harus dan menyegarkan.

Selanjutnya pada tahap mengolah pisang, digunakan pisang ambon. Pilihan pisang ambonnya juga tergantung selera. Tetapi sebaiknya yang masih setengah matang. Pisang yang terlalu matang biasanya saat dibakar akan terlalu lembek.

Ketika dibakar, pisang masih utuh bersama kulitnya. Pembakaran demikian mengurangi panas yang berlebihan ked aging pisang. Selain itu lebih memungkinkan menciptakan daging pisang yang berwarna kecoklatan. Dan tampaknya inilah yang paling disukai konsumen.

Penggunaan kue crackers sebenarnya ibarat kerupuk di masakan berkuah seperti soto atau rawon. Ia menciptakan sensasi kriuk di antara pisang yang sudah lembek. Para penjual di Bukit Tinggi biasanya menggunakan crackers yang bergula.

Cara menyajikannya, pisang yang telah dibakar dan dikupas kulitnya diletakkan di piring. Biasanya berjumlah dua atau lebih. Kemudian disiram dengan kuah santan dan membanjiri piring. Bahkan separuh pisang tenggelam oleh santan. Selanjutnya baru crkacer berjumlah dua atau tiga diletakkan di pinggir dan sedikit bagiannya yang masuk ke santan.

Cara mengkonsumsi juga berbeda beda. Seperti bubur saja. Ada yang mencampurnya hingga semua unsur berbaur. Ada pula yang segera menyantap satu persatu elemen dan membiarkan mulut yang memproses hingga menemukan tingkat kelezatan sendiri.

Dalam perkembangannya, pisang bakar Bukit Tinggi mengalami modifikasi. Ada yang mengganti crackers dengan roti tawar. Ada pula yang menambahkan meises di atas pisang. Dan bahkan tak sedikit yang mengemasnya menjadi hidangan dingin yang ditambah es plus sirup. Sepintas mirip pisang hijau.

Pisang panggang Bukit Tinggi adalah kuliner ringan alias kudapan sederhana. Masih banyak ditemui yang orisinal. Salah satu yang legendaris adalah di Kedai Kopi H.M Zen. Warung kopi sejak 1965 yang hingga sekarang auranya seperti tak berubah.

Sepiring pisang panggang Bukit Tinggi dibanderol cuma Rp 7.000 saja. Jelas kocek Anda tak akan terkuras. Bahkan dengan budget kulineran di kota besar, makan-makan di Kedai Kopi H.M Zen masih bisa dapat rupa-rupa jajanan tradisional khas Bukit Tinggi. Apa lagi lokasinya tak jauh dari jam gadang, ikonik kota itu.

Pisang Panggang adalah jagoan kedai ini. Kalau perut masih muat boleh pesan sate padang atau soto padang. Sedang minumnya bisa coba teh talua tapai yang ranca bana menemani pisang panggang. (*)