Sumbawa menyimpan banyak tradisi unik. Beberapa tradisi muncul dari pertautan antara manusia, binatang dan alam. Hingga kemudian memunculkan budaya balapan binatang.

Hewan-hewan yang dekat dengan keseharian warga dimanfaatkan untuk diadu. Umumnya merupakan adu balap. Adu kecepatan sampai garis finish untuk menentukan sang pemenang.

Saking rutin dan tingginya minta masyarakat membuat tradisi manusia dan hewan ini dicatat sebagai khasanah budaya lokal dan kearifannya. Lantas dikemas lagi menjadi sebuah tontonan menarik untuk wisata.

Berikut tiga balapan binatang yang terkenal di Sumbawa;

BARAPAN KEBO

Barapan kebo (karapan kerbau) adalah adu cepat yang sudah turun temurun dilakukan orang Sumbawa dari zaman nenek moyang. Karapan ini biasanya diadakan sekali seminggu, pada hari Minggu, di tempat-tempat berbeda. Namun, biasanya karapan kerbau diselenggarakan di Lapangan Srading (Kab. Sumbawa), di Lapangan Srangin (Taliwang, Sumbawa Barat), dan di Lapangan Alas Barat (Kab. Sumbawa Barat).

Kerbau yang digunakan untuk karapan hanya kerbau jantan yang dipelihara secara khusus. Mereka hanya ditempatkan di kandang, diberi makan yang banyak, kemudian dilatih dua kali seminggu, yaitu hari Jumat dan Sabtu. Tujuannya supaya kerbau terbiasa berlari kencang dan terarah. Kerbau karapan juga diberi nama unik, seperti Manohara, Piring Terbang, atau Janda Udik. Kerbau tercepat biasanya mampu berlari sejauh 100 meter dalam 9 detik.

BARAPAN AYAM

Jika ayam yang dalam budaya lain disabung, di Sumbawa sepasang ayam diadu cepat dengan ayam lainnya. Barapan ayam (karapan ayam) biasanya dilakukan sekali seminggu, setiap Sabtu.

Dalam karapan ayam, setiap pasangan ayam yang sudah diikat harus melewati daun lontar (saka) yang ada di tengah lapangan. Jika sudah melewati saka tersebut barulah ayam itu dapat dikatakan berhasil.

Selanjutnya, untuk menentukan siapa pemenang, tentu waktu tempuhlah yang diperhatikan. Untuk melakukan barapan ayam, joki ayam dibekali dengan semacam tongkat untuk mengejutkan ayam dan segera berlari.

MAIN JARAN

Tradisi adu cepat unik di Sumbawa selanjutnya adalah main jaran (pacuan kuda). Pacuan kuda skala besar biasanya dilakukan dua kali setahun dan akan diikuti oleh joki dari seluruh Indonesia bagian tengah-timur mulai dari Lombok, Bima, sampai Sumba. Kalau karapan ayam dan kerbau jokinya orang dewasa, pacuan kuda ini jokinya adalah anak kecil berumur antara 5-9 tahun.

Para joki sudah dilatih sejak mereka usia 4 tahun. Mereka sangat terlatih memacu kuda walaupun dengan peralatan yang tidak semahal pacuan kuda umumnya.

Di Kabupaten Sumbawa sendiri, main jaran diselenggarakan di Lapangan Angin Laut, Desa Penyaring, Moyo Utara. Pacuan kuda skala besar biasanya berlangsung 7 hari pada April atau Mei.

INGIN MENIKMATI GLAMPING DENGAN TARIF “WOW” DI SUMBAWA? DATANGLAH KE PULAU MOYO, KLIK: